Pagi yang cerah. Aktivitas sangat sibuk mulai dari berberes rumah, aroma memasak, suara bising knalpot, dan aktivitas padat lainnya. Lira yang tinggal di gang sempit selalu mendapati suasana seperti itu. Aktivitas sibuk di pagi hari agak mengganggu memang, yang tidak kalah mengganggu pikiran Lira itu sendiri. Pikirannya selalu menang atas kehidupan dunia.
Berbeda
jauh dengan tetangga Lira yang ramai beraktivitas di pagi hari, istana Lira
hening setahun belakangan karena Ibunya memutuskan periksa ke dokter. Saat itu
Ibu Lira bekerja membuka Laundry
karena kebutuhan keluarga belum cukup terpenuhi meskipun ayah bekerja satpam. Ibunya
yang sudah tidak kuat menahan rasa sakit memeriksakan ke dokter dan di
diagnosis menderita diabetes. Selepas itu, ibu Lira tidak selalu mengonsumsi
obat dan kesibukan Ibu Lira mulai dibatasi. Laundry
yang dimiliki pun sepi, penghasilan jauh berkurang. Lira sebenarnya tahu
kalau kadang kondisi ibu kurang bugar, tetapi ibunya selalu bilang, “Ibu baik
baik saja”.
Lira
mengucapkan salam kepada ibunya. “Assalamualaikum wr,wb. Berangkat dulu, Bu”.
Lira berangkat ke sekolah diantar ayahnya. Sampai di sekolah, Lira datang
dengan wajah datar. Apa yang salah dari Lira?. Fisik selalu juara dalam situasi
apapun. Lira yang dari luar “fisik” terlihat datar, kadang bisa sumringah.
Selebihnya, jika tidak beres di pikirannya, ia kembali berwajah datar. Seolah
olah ada banyak kerisauan yang patut di jaga privasinya.
Sapaan
Lira kepada temannya bukan berarti menggambarkan senyuman, tetapi ada rasa
tidak enak. Di kelas Lira tidak banyak mengobrol seperti temannya. Buat Lira,
mengobrol berjuta topik akan mengacaukan hidupnya jika tidak berkaitan dengan
sekolahnya. Kawan Lira juga tidak banyak karena Lira tidak pandai bergaul.
Itulah sebabnya Lira di anggap teman kelasnya sebagai pribadi introvert.
Waktu
kelas dimulai. Lira hanya berbicara ketika ada yang memulai. Sikap inilah yang
terkadang membuat Lira gelisah. Lira ingin seperti temannya, bisa leluasa
bercakap cakap. Kondisi di rumah yang buruk menyebabkan Lira pedniam sesekali
murung.
Bel
pulang berbunyi. Lira melangkah tergesa-gesa. Ia menangis di kamar setelah
membersihkan diri supaya orang tua tidak curiga yang bertanya macam macam. Kini
guling jadi kawan Lira sebagai pelukannya. Lira seperti stress megenai sikap introvert
yang dirasa dan dipandang sebagai kepribadian pendiam, minoritas, dan lainnya. Lira
berpandangan bahwa, apa yang perlu dibanggakan dan dijadikan motivasi untuk
terus hidup sebagai introvert?. Ia
tahu kepribadiannya dari segala macam pandangan orang, tes google, sampai akhirnya sadar bahwa Lira introvert.
Lira
tidur setelah larut dalam air mata dan bermimpi. Di mimpi, ia ada di goa tengah
hutan karena tersesat. Uniknya, meskipun goa gelap gulita, pemandangan yang
disuguhkan ciamik. Ada batu kapur seperti air terjun dikelilingi kunang kunang yang
membuat senyapnya gua seolah memudar. Rasa takut Lira sedikit sirna meskpun belum
tahu apakah pemandangan goa abadi sampai ia bertemu jalan keluar.
Lira
pun menapaki satu per satu lorong yang ada di goa. Lira bingung mencari jalan
keluar sambil bertanya tanya pada diri sendiri mengapa ia bisa sampai di tempat
itu. Di goa tidak ada manusia sama sekali. Lira berjalan sekitar 5 km sampai
akhirnya menjumpai 9 lorong. dan mungkin merupakan jalan keluar.
Di
ujung lorong selalu muncul cahaya yang memancarkan bayangan ketika mengenai
dinding lorong. Lorong 1 sampai 8
bayangannya sama. Bayangan bergerak
nampak orang yang anti sosial, emosi, mengalah ketika pertengkaran, cuek, teman
sedikit, menjauh dari obrolan tidak penting, merenung di kamar, dan ejekan dari
teman kelas. Ketika Lira mendekati 8 lorong itu, yang ada hanya kembali ke
tempat semula. Ia belum tahu maskud penggambaran bayangan ini.
Lira
sampai di lorong ke-9. Dinding penuh coretan dan tanahnya banyak kotoran kelelawar.
Lira terpaksa harus melewati karena hanya lorong ini yang belum dicoba. Sejauh
melangkah, ia bertemu cahaya meskipun samar. Anehnya, cahaya itu membawa
bayangan yang menggembirakan, berbeda dari 8 bayangan lorong sebelumnya. Di
dinding, ada orang yang bahagia jadi pebisnis besar, wisuda mahasiswa, rumah
mewah, berhaji di tanah mekah, dan khususnya bayangan tokoh dunia yang pernah
Lira lihat di internet. Tokoh tersebut diantaranya Bill Gates, Elon
Musk, Mahatma Gandhi, dan mark Zuckerberg. Lira mulai mengerti semua kejadian
ini.
Lira
terus berjalan menuju lorong tersebut sambil memahami dan memandangi terus
bayangan yang terbentuk. Sampai akhirnya, ia berhasil menuju jalan keluar
terlepas dari lorong terakhir yang menurutnya tidak pantas untuk ditelusuri
karena berbeda dengan lorong sebelumnya. Keinginan Lira yang kuat untuk terus
mencapai permasalahan telah berhasil. Ia sampai di taman bunga beraneka rupa.
Saat yang bersamaan, mimpi itu usai dan Lira terbangun dari tidurnya dan Tidak
terasa pukul 17.00. dan Lira bergegas untuk mandi dan sembayang.
Mimpi
pertama kali buat Lira membuat kaget. Masalahnya, mimpi yang terjadi barusan
disimpulkan Lira sebagai lorong tersembunyi dari dirinya sendiri. adanya banyak
pandangan kurang mengenakkan introvert, masih
ada kesuksessan yang menyertai. Sebelum itu, Lira membenci diri sendiri dan
motivasinya hilang dalam menjalani hidup. Hadirnya mimpi menjadi pengingat Lira
agar sadar dari kebencian introvertnya.
Saat
sembayang Lira berdoa mencurahkan segala pikiran yang berakhir stress, berusaha menerima diri sendiri
apa adanya, dan paling penting introvert merupakan
motivasi yang dimiliki selain sebagai kepribadian yang sampai kapanpun tidak
bisa hilang. Segala air mata tumpah.
Hidup
harus terus berjalan dan motivasi diperlukan agar orang bisa melewati banyak
ujian, cobaan, dan tantangan yang diberikan Sang Pencipta. Setelah mimpi itu,
Lira menyimpulkan bahwa motivasinya kini ya introvertnya
itu sendiri. Kesimpulan dari Lira, keanehan yang dimiliki introvert justru menjadi motivasi bahwa
semua manusia hidup di bumi itu sama, yang membedakan hanya cara apa yang
diinginkan di jalan yang benar.
Lira
akhirnya bisa berdamai pada kepribadiannya. Citra buruk yang di lontarkan atas introvert yang dimiliki, harus sirna
dengan kesuksessan yang nyata. Lira tahu, ada orang introvert di sana yang suskes meski termasuk kaum minoritas seperti
yang Lira cari di internet dan muncul kembali dalam mimpi. Masih ada lorong tersembunyi
yang berujung cahaya pelangi di antara ribuan lorong yang kelabu akibat
mendung.
Akhirnya, setelah sembayang Lira bisa tertawa lepas saat diajak bicara orang tuanya tanpa wajah yang seperti ada beban. Lira juga tidak pernah membenci orang lain, semua yang terjadi di terima apa adanya, hanya berkaca kepada diri sendiri. Baik ekstrovert maupun introvert semua punya kelebihan dan kekurangan masing masing. Tidak ada permusuhan, jadikan motivasi di setiap kepribadian masing masing.
by : Lidia Alfi Anisa