[Serap Karya Mahasiswa - Cerpen] BERBEDA TETAPLAH INDONESIA oleh Dea Nova Agustiyaningsih

Alangkah indahnya jika manusia yang merasa setara dengan Tuhan itu tidak hadir di dunia untuk menguji makhluk Tuhan yang lain dengan mulut keji dan penuh dengan bau busuk. Andai saja itu tidak hanya menjadi fantasi, pasti dunia ini akan penuh dengan bunga-bunga yang beterbangan karena lambaian angin.

Jika ditanya apakah Handoyo menyesal dilahirkan di bumi pertiwi yang setiap tindakannya dianggap salah, dengan lantang dia akan menjawab, "Untuk apa aku harus menyesal?" 

Pertanyaan retoris itu selalu menjadi pegangan ketika dia merasa begitu lelah akan dunia. 

"Apa salahnya menjadi berbeda? Bukankah kita mempunyai hak yang sama?" tanyanya.

Bocah-bocah nakal itu tidak pernah membiarkan Handoyo tenang barang sekali saja ketika istirahat sekolah tiba. Mereka yang berjumlah lima orang akan tergesa-gesa menunggu Handoyo di depan pintu kelas sembari bersedekap dada.

"Apa yang salah? Hei, Bodoh, lihat dirimu itu! Sangat mengerikan seperti monster hahahahaha." Satu ejekan terlontar, semua orang tertawa dengan senang.

Fisiknya memang tidak sesempurna temannya yang lain, itulah mengapa dia dijadikan bahan perpeloncoan. Dengan jari yang tidak berjumlah seperti seharusnya dan kulit yang terdapat banyak panu, Handoyo sering dianggap tidak layak menjadi manusia. 

"Ada apa dengan kalian? Aku manusia, kalian juga manusia. Aku orang Indonesia, kalian juga orang Indonesia. Lantas, apa yang membuat kalian begitu membenciku?" balas Handoyo dengan keberanian yang dia kumpulkan sejak kemarin.

Perundungan ini memang kerap terjadi, tetapi tidak ada yang peduli bahkan sekelas pendidik dan jajarannya memilih menutup mata karena salah satu dari perundung tersebut adalah anak kepala sekolah.

"Indonesia katamu? Indonesia itu indah, Indonesia tidak menerima orang cacat sepertimu! Pergi kau dari Indonesia! Kau tidak pantas jadi Warga Negara Indonesia!" serang Beni, dia yang paling punya power karena jabatan ayahnya.

Handoyo sadar betul mau seberbusa apa pun mulutnya memberi pembelaan bagi diri sendiri, tidak akan membuat mereka berhenti memperlakukan dia layaknya sampah. Namun, dia tidak serta-merta menyerah begitu saja, setidaknya dia sudah berjanji pada dirinya agar bisa bertahan meski entah sampai kapan. Mungkin sampai hari ini, esok, ataupun lusa.

Orang bilang Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Namun, pada kenyataannya berbeda itu malah membuat seseorang diasingkan, dibenci, dicaci maki, dan didiskriminasi.

"Apa kau tidak punya baju lain? Oh iya, kan kau ini orang miskin. Memakai baju kok batik terus, dasar ketinggalan zaman!" cerca anak buah Beni.

Di SMP ini ada satu hari di mana mereka bisa memakai baju apa pun yang dikehendaki karena tidak ada pembelajaran seperti hari Senin sampai dengan Jumat, hari Sabtu diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler saja. Namun, semua pelajar tetap diwajibkan masuk, sekalipun tidak ikut ekstrakurikuler sama sekali.

Sama seperti Handoyo, Beni, dan beberapa anak lain yang tetap hadir di sekolah sejak pukul 6 pagi untuk mendengarkan cerita dari salah seorang guru. Itu pun hanya sampai istirahat pukul 9, setelahnya mereka dibebaskan untuk melakukan kegiatan apa pun hingga pukul 11 siang waktu kembali ke rumah masing-masing.

"Kau bilang Indonesia itu indah, bukan? Batik adalah milik Indonesia, aku memakainya karena aku bangga. Apalagi batik sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2009, aku tidak pernah malu memakai kain kebangsaan Indonesia ini. Coraknya sangat cantik dan beragam, tidak ada alasan aku tidak mau memakai ini. Kenapa kau selalu mempersalahkan segala hal yang aku lakukan?" Handoyo meremas kuat jari-jemarinya, jujur saja dia agak takut karena mereka tak akan segan bermain tangan.

"Sudah kubilang kau tidak cocok menjadi orang Indonesia!" seru Beni dengan amarah yang memuncak. Dia tidak suka jika Handoyo terus-menerus membawa nama negara yang ditempati. Dari dulu dia sudah dicekoki konsep bahwa Indonesia itu indah.

Dia menerima konsep itu dalam keadaan mentah, pun tidak mencari tahu lebih dalam mengenai artinya. Intinya jika Indonesia itu indah, maka yang bisa menjadi bagian dari Indonesia adalah sesuatu yang indah, yang tidak cacat, dan sempurna. Beni jelas saja mengklasifikasikan Handoyo tidak cocok menjadi orang Indonesia karena dia tidak indah dan tidak sempurna.

Dia paham mengenai Bhinneka Tunggal Ika, tetapi 'perbedaan' yang dimaksudkan di situ harus masuk golongan indah dulu. Kalau misalkan berbeda tetapi menurutnya tidak indah, maka itu juga bukan Indonesia.

Baginya, menghilangkan orang yang menurutnya 'bukan' bagian dari Indonesia adalah kewajiban. Dia harus menjadi garda terdepan demi menjaga Indonesia yang indah tanpa cela. Termasuk salah satunya dengan merundung Handoyo yang berbeda itu.

Konsep nasionalisme yang keliru itu Beni pegang teguh selama 13 tahun hidupnya. 

"Aku berbeda dan aku Indonesia! Negeri ini mengizinkanku menginjaknya karena memang aku punya hak menjadi Warga Negara Indonesia!" bela Handoyo dengan nada yang menggebu-gebu.

Handoyo dan Beni sebenarnya sama-sama mempunyai rasa nasionalisme, hanya saja pemikiran mereka berbeda antara satu dan lainnya. Handoyo sendiri memaknai Indonesia itu memang majemuk, persamaan yang murni itu tidak ada, tetapi persamaan itu ada karena perbedaan diterima dengan baik, membaur, dan menjadi satu atas nama Bangsa Indonesia.

Dirinya mengakui jika memang dia berbeda dari segi fisik, tetapi itu tidak membuatnya merasa rendah diri. Indonesia terdiri dari berbagai warna kulit, rambut, mata, hidung, bahkan masih banyak perbedaan fisik yang menjadi corak khas dari warganya.

Orang-orang yang menjadikan perbedaan itu sebagai suatu kesalahan, itu berarti mereka sedang mengajak bertengkar dengan Yang Menciptakan perbedaan itu. Tuhan membuat adanya perbedaan tidak mungkin untuk membuat makhluk-Nya terpecah belah, justru di situlah hati nurani mereka diuji.

"Indonesia tidak butuh kau! Kau jelek, kau monster, dan kau tidak indah! Cepat pergi dari negaraku!" geram Beni sembari mendorong keras tubuh Handoyo hingga bocah laki-laki itu terjatuh di lantai.

Sementara teman-temannya ikut menyorakkan dan mengelilingi Handoyo yang terduduk. "Cepat pergi dari Indonesia!" Suara mereka menggema di telinga Handoyo, tubuhnya mulai bergetar.

Napasnya memburu, dia merasakan kecemasan, ketakutan, dan kemarahan menjadi satu. Pikirannya kalut, mata yang awalnya tampak indah dengan perpaduan hitam dan putih, kini mulai bertambah warna merah seperti urat-urat tipis yang menyeramkan.

"AKU BILANG AKU INDONESIA!" teriak Handoyo dengan suara yang keras, ketika berhasil berdiri, dia langsung mendorong orang-orang yang mengelilinginya dan langsung berlari tanpa arah.

Setidaknya, Handoyo menepati janjinya untuk tetap bertahan hidup sampai hari ini meski tidak sampai akhir hari. "Aku Indonesia!" Di sela-sela embusan napasnya yang sudah tidak teratur, dua kata itu mengantarkannya pada napas terakhir.

Truk besar yang melintas di jalan raya depan sekolah tidak sempat mengerem kendaraannya ketika tubuh laki-laki itu berhenti tepat di depan prahoto tersebut.


Berkembang Bersama Meraih Harapan Kabinet Abhipraya Abyakta

Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen 2024 Kabinet Abhipraya Abyakta adalah organisasi kemahasiswaan yang mendorong pertumbuhan dan pencapaian mahasiswa. Platform ini menjadi ruang interaktif untuk mahasiswa berbagi impian, pengalaman, dan aspirasi mereka seperti gemintang yang bersinar di langit malam. Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen memfasilitasi kebutuhan mahasiswa melalui program kerja yang inklusif, aspiratif, dan inovatif. Bagaimana menarik bukan? Let’s find out the post HMJM!