[SEPUTAR EKONOMI] DARI TUNAI KE NONTUNAI: PERAN QRIS DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSAKSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI LOKAL

DARI TUNAI KE NONTUNAI: PERAN QRIS DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSAKSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI LOKAL

Dokumentasi - Seorang pedagang minuman kopi melayani warga yang menggunakan pembayaran non tunai Quick Response Indonesia Standard (QRIS) pada Pekan QRIS Nasional 2020 di Medan, Sumatera Utara, Minggu (15/3/2020). ANTARA FOTO/Septianda Perdana/ama/aa.

Era Industri 4.0 telah menandai perubahan besar dalam sistem ekonomi global dengan hadirnya teknologi digital sebagai elemen utama dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam dunia bisnis. Pada era ini, teknologi bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan partner strategis dalam menjalankan dan mengembangkan usaha. Digitalisasi telah mendorong munculnya berbagai inovasi yang memudahkan aktivitas ekonomi, mulai dari produksi, distribusi, hingga sistem pembayaran. Salah satu bentuk inovasi yang berkembang pesat adalah penggunaan Quick Response (QR) Code dalam berbagai sektor, terutama dalam transaksi keuangan dan perdagangan (Azzahroo & Estiningrum, 2021).

Sakah satu wujud nyata dari transformasi digital tersebut adalah munculnya sistem pembayaran berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Inovasi ini menjadi tonggak penting dalam menciptakan ekosistem keuangan digital yang inklusif dan efisien. Sebelum hadirnya QRIS, masyarakat dan pelaku usaha kecil menghadapi fragmentasi sistem pembayaran digital, di mana setiap penyedia layanan memiliki kode QR tersendiri, seperti GoPay, OVO, DANA, atau LinkAja. Kondisi tersebut menyulitkan pelaku UMKM dan konsumen karena tidak adanya standar yang seragam (Harahap & Anisa, 2025).

QRIS merupakan sistem pembayaran berbasis kode QR yang dikembangkan untuk menyatukan seluruh aplikasi pembayaran digital di Indonesia. Dengan adanya QRIS, pengguna tidak perlu lagi menyediakan berbagai aplikasi berbeda karena satu kode dapat diakses oleh semua penyedia layanan yang terdaftar. Kebijakan ini merupakan bagian dari implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025, yang menekankan pada interkoneksi, interoperabilitas, dan perlindungan konsumen (Indonesia, 2025).

Bank Indonesia bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) kemudian meluncurkan QRIS pada tahun 2019 untuk menyatukan berbagai sistem pembayaran digital dalam satu standar nasional (QRIS Indonesia, 2025b). Kehadiran QRIS menjadi jawaban atas kebutuhan efisiensi transaksi, transparansi keuangan, serta perluasan akses terhadap sistem keuangan formal, terutama bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Melalui penerapan QRIS, transaksi menjadi lebih cepat, mudah, dan aman. Esai ini bertujuan untuk membahas bagaimana QRIS berperan dalam meningkatkan efisiensi transaksi serta kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi lokal di Indonesia.

Tujuan utama dari QRIS adalah menciptakan sistem pembayaran yang efisien, cepat, dan universal untuk mendukung percepatan ekonomi digital nasional. Selain itu, QRIS juga menjadi bagian dari strategi digitalisasi ekonomi daerah, karena memungkinkan pelaku usaha di berbagai wilayah untuk bertransaksi tanpa kendala perbedaan platform. Dalam konteks ekonomi lokal, QRIS berperan penting sebagai penghubung antara pelaku usaha mikro dengan ekosistem keuangan formal. Dengan kemudahan transaksi digital, pelaku UMKM dapat memperluas pasar, memperbaiki manajemen keuangan, dan memperkuat daya saing (Rayhan et al., 2025).

Salah satu dampak paling nyata dari penerapan QRIS adalah peningkatan efisiensi dalam proses transaksi. Sebelum adanya standar QR nasional, pelaku UMKM harus menampilkan berbagai kode QR dari penyedia pembayaran yang berbeda. Hal ini tidak hanya menyulitkan konsumen tetapi juga membuat proses administrasi menjadi tidak efisien. Dengan adanya QRIS, semua transaksi dapat dilakukan hanya dengan satu kode universal.

Kemudahan ini mempercepat proses pembayaran, mengurangi penggunaan uang tunai, dan menekan biaya operasional. Selain itu, sistem QRIS juga memungkinkan pencatatan transaksi secara otomatis. Bagi UMKM, hal ini memudahkan dalam mengelola arus kas, melakukan pembukuan, dan menyusun laporan keuangan. Efisiensi pencatatan keuangan digital ini membantu meningkatkan literasi finansial dan memberikan peluang bagi pelaku UMKM untuk mengakses pinjaman modal dari lembaga keuangan formal (An-Fajm et al., 2025).

Pengunjung melakukan transaksi menggunakan QR Code BCA mobile pada pameran Adi Wastra Nusantara di Jakarta (11/2/2022). Pada Desember 2021, BCA mencatatkan kredit komersial dan UKM naik 4,8% YoY menjadi Rp195,8 triliun dan terus memperluas penggunaan QRIS. (Liputan6.com/HO/Eko)

Dari sisi biaya, QRIS juga lebih terjangkau. Bank Indonesia menetapkan tarif Merchant Discount Rate (MDR) sebesar 0,3% untuk transaksi UMKM, yang jauh lebih rendah dibandingkan sistem pembayaran elektronik konvensional. Dengan biaya rendah dan kemudahan penggunaan, QRIS menjadi solusi efisien untuk meningkatkan produktivitas usaha kecil (Atmaja & Paulus, 2022).

Bukti empiris mendukung peran QRIS dalam efisiensi transaksi. Berdasarkan QRIS tahun 2025, 39,3 juta merchant yang telah terdaftar QRIS, sebanyak 93,16% di antaranya merupakan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Angka tersebut menegaskan bahwa QRIS memiliki kontribusi besar dalam memperkuat sektor UMKM yang menjadi pilar utama perekonomian Indonesia.. Angka ini menunjukkan tingkat adopsi yang masif di seluruh wilayah Indonesia. Keberhasilan QRIS tidak hanya terletak pada aspek teknologinya, tetapi juga pada kemampuannya menyatukan berbagai pihak bank, penyedia fintech, dan pemerintah, dalam satu ekosistem pembayaran yang inklusif (QRIS Indonesia, 2025a).

QRIS tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Melalui transaksi digital, perputaran uang di daerah menjadi lebih cepat dan aman. Hal ini memperkuat konsumsi masyarakat, meningkatkan daya beli, serta memperluas pasar bagi pelaku usaha kecil dan menengah. Di berbagai daerah wisata seperti Yogyakarta, Bali, dan Bandung, penggunaan QRIS terbukti membantu pelaku usaha lokal dalam memperluas basis pelanggan, terutama wisatawan yang lebih nyaman dengan pembayaran digital (Kamilah et al., 2026).

Selain itu, QRIS juga menjadi katalis bagi peningkatan inklusi keuangan. Banyak masyarakat di pedesaan atau daerah terpencil yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank kini dapat melakukan transaksi digital melalui e-wallet yang terintegrasi dengan QRIS. Dengan demikian, sistem ini membantu masyarakat masuk ke dalam ekosistem keuangan formal, yang pada akhirnya memperkuat fondasi ekonomi daerah.

QRIS juga menciptakan efek domino terhadap ekosistem ekonomi digital. Adopsi QRIS mendorong pengembangan layanan tambahan seperti kredit mikro digital, sistem pembukuan otomatis, dan platform pemasaran daring berbasis data transaksi. Semua hal ini membantu UMKM meningkatkan produktivitas dan daya saing. Selain itu, pencatatan transaksi digital juga membantu pemerintah daerah dalam mengidentifikasi potensi ekonomi serta meningkatkan pendapatan pajak secara transparan.

Pada semester pertama tahun 2025, tercatat sebuah pencapaian penting dalam perkembangan sistem pembayaran digital di Indonesia. Data terkini dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) telah mencatat 6,05 miliar transaksi dengan total nilai mencapai Rp579 triliun. Capaian tersebut tidak hanya merefleksikan peningkatan yang signifikan, tetapi juga membuktikan bahwa masyarakat Indonesia semakin terbiasa dan percaya diri dalam melakukan transaksi secara digital.. Angka ini menunjukkan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi digital nasional, yang pada akhirnya berdampak langsung pada ekonomi lokal. Dengan meningkatnya perputaran transaksi, terbentuklah siklus ekonomi baru yang lebih efisien, transparan, dan berkelanjutan (QRIS Indonesia, 2025a).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alifia et al., (2024) diperoleh hasil bahwa penerapan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan jumlah pengguna dan merchant QRIS berbanding lurus dengan pertumbuhan volume serta nilai transaksi yang diproses setiap tahunnya.

Hasil penelitian juga mengungkap bahwa pertumbuhan ini tidak hanya terjadi di kawasan perkotaan besar seperti Jabodetabek, tetapi juga merata di berbagai wilayah di Indonesia. Kemudahan transaksi digital melalui QRIS membuat pelaku UMKM tidak perlu lagi berinvestasi besar untuk menyediakan berbagai kode pembayaran dari platform yang berbeda. Selain itu, kemampuan QRIS untuk menjangkau konsumen lintas kelompok usia terutama generasi muda yang lebih menyukai transaksi digital turut memperluas pangsa pasar UMKM.

Meskipun memiliki dampak positif, implementasi QRIS masih menghadapi beberapa tantangan. Pertama, keterbatasan infrastruktur digital di daerah terpencil menjadi hambatan utama. Banyak wilayah di Indonesia yang belum memiliki akses internet stabil, sehingga pelaku usaha di daerah tersebut sulit mengadopsi sistem pembayaran digital. Kedua, rendahnya literasi digital di kalangan UMKM juga menjadi kendala. Tidak semua pelaku usaha memahami cara menggunakan aplikasi pembayaran atau mengelola transaksi digital.

Selain itu, isu keamanan data dan kepercayaan pengguna masih menjadi perhatian. Meskipun QRIS dirancang dengan sistem keamanan berlapis, masih ada kekhawatiran masyarakat terhadap potensi penipuan atau kebocoran data pribadi. Oleh karena itu, peran pemerintah, bank, dan penyedia layanan digital sangat penting dalam melakukan edukasi serta memberikan jaminan keamanan kepada pengguna.

Secara keseluruhan, QRIS memiliki peran strategis dalam meningkatkan efisiensi transaksi dan memperkuat pertumbuhan ekonomi lokal di Indonesia. Melalui sistem pembayaran yang cepat, murah, dan terintegrasi, QRIS membantu pelaku UMKM beradaptasi dengan era ekonomi digital serta memperluas akses terhadap layanan keuangan formal. Dampak positif QRIS juga terlihat dari peningkatan perputaran ekonomi daerah, perluasan inklusi keuangan, serta penciptaan ekosistem ekonomi yang lebih transparan dan berkelanjutan.

Namun, keberhasilan QRIS tidak dapat dicapai hanya melalui teknologi. Diperlukan dukungan kebijakan, peningkatan literasi digital, serta pemerataan infrastruktur internet agar manfaat QRIS dapat dirasakan secara merata di seluruh Indonesia. Dengan kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku usaha, QRIS dapat menjadi pendorong utama transformasi menuju ekonomi digital yang inklusif dan berdaya saing tinggi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Alifia, N., Permana, E., & Harnovinsah, H. (2024). Analisis penggunaan QRIS terhadap peningkatan pendapatan UMKM. Jurnal Riset Pendidikan Ekonomi, 9(1), 102–115.

An-Fajm, M. N., Haq, H. F., Zaki, M. A., & Fauzy, M. (2025). Pemanfaatan QRIS sebagai Inovasi Pembayaran Nontunai di Warung Teh Sopa. Jurnal Inovasi Multidisiplin Dan Teknologi Modern, 8(3).

Atmaja, Y. S., & Paulus, D. H. (2022). Partisipasi Bank Indonesia Dalam Pengaturan Digitalisasi Sistem Pembayaran Indonesia. Masalah-Masalah Hukum, 51(3), 271–286. https://doi.org/10.14710/mmh.51.3.2022.271-286

Azzahroo, R. A., & Estiningrum, S. D. (2021). Preferensi Mahasiswa dalam Menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) sebagai Teknologi Pembayaran. Jurnal Manajemen Motivasi, 17(1), 10. https://doi.org/10.29406/jmm.v17i1.2800

Harahap, M. F., & Anisa, D. (2025). Pemanfaatan QRIS dalam Transaksi UMKM Kota Padangsidimpuan : Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah. JETA: Jurnal Ekonomi Dan Pariwisata, 10(1), 1–8.

Indonesia, B. (2025). Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025: Menavigasi Sistem Pembayaran Nasional di Era Digital. Bank Indonesia. https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/sistem-pembayaran/contents/Default.aspx

Kamilah, Hafiz, M., Maharani, F., Fitri, E., Sundari, D., & Muhdiya, I. (2026). Integrasi Akuntansi Manajemen , Digitalisasi Qris dan Prinsip Syariah Pengukuran Kinerja UMKM Menuju Ekonomi Berkelanjutan di Kecamatan Kabanjahe. Gemilang: Jurnal Manajemen Dan Akuntansi, 6(1), 22.

QRIS Indonesia. (2025a). QRIS 2025: Transaksi Rp 579 Triliun Dorong UMKM dan Ekonomi Digital. QRIS Interactive Indonesia. https://qris.interactive.co.id/homepage/blog-detail.php?lang=id&page=MjAw&qris-2025-transaksi-rp-579-triliun-dorong-umkm-dan-ekonomi-digital

QRIS Indonesia. (2025b). Sejarah QRIS 2019–2025: Dari Standardisasi Nasional hingga Ekspansi Lintas Negara. QRIS Interactive Indonesia. https://qris.interactive.co.id/homepage/blog-detail.php?lang=id&page=MjIx-sejarah-qris-2019–2025--dari-standardisasi-nasional-hingga-ekspansi-lintas-negara

Rayhan, A., Masri, M., Mutiawati, S., Fatiha, S., Ginting, D. M. A., & Husen, H. A. (2025). Penerapan Sistem Pembayaran Digital QRIS sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing UMKM di Desa Singarajan dalam Era Ekonomi Digital. Devote: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global, 4(3), 285–293.

Kabinet Aksata Rahagi: Beraksi Bersama, Berdaya Inspirasi

Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen 2025 Kabinet Aksata Rahagi adalah organisasi yang hadir sebagai wadah dinamis bagi mahasiswa untuk berkembang, bersuara, dan bersinar. Di sini, setiap langkah dan ide mahasiswa dihargai seperti bintang yang menyemarakkan malam. HMJM bukan sekadar organisasi, melainkan ruang kolaborasi penuh semangat yang memupuk aspirasi, mempertemukan mimpi, dan mendorong potensi. Dengan program kerja yang kreatif, terbuka, dan relevan, kami hadir untuk menjawab kebutuhan para mahasiswa S1 Manajemen masa depan. Yuk, jadi bagian dari perjalanan luar biasa ini dan lihat apa yang bisa kita capai bersama. Let’s light up the sky together with HMJM. HMJM, We Believe We Can Do It!